Sabtu, 16 April 2011

Selamat tinggal, kenangan lama,....

Malang 16 april 2011, Hari ini kubaca headline di jawa pos yang mengupas kepergian seorang senior jurnalis Indonesia yang namanya telah tersohor di negri ini. Ketika membaca berita ini sempat terpacu ambisi ini mengingat kenangan serta cita-cita awalku yang ingin terjun di dunia jurnalistik. Bait demi bait dalam berita itupun aku baca, bahkan di rublik kolom yang lain juga kucari berita yang satu tema dengan berita hangat tersebut, hanya untuk sekedar meyakinkan diri tentang dunia jurnalistik yang pemberitaanya berkaitan dengan tokoh tersebut.

Namun kesimpulan akhir itu masih menempatkanku pada sebuah kesimpulan yang membenarkan atas pilihan yang kini aku jalani, yang itu sebenarnya bukan terjun di dunia pers/jurnalistik. Pembenaran atas keputusan ini dapat dibaca dalam isi berita tersebut, dimana diungkapkan dari semua generasi putra/putrinya tidak ada yang diminta untuk meneruskan bergelut di dunia pers, bukan karena tidak tertarik namun jika ada yang lebih baik pilihlah jalan lain” itulah sedikit pesan dari seorang tokoh pers nasional.

Akupun akhirnya mengingat pula pesan mbak intan yang beberapa hari lalu yaitu hari kamis 14 april 2011 main2 di kantor, kebetulan dia sedang ambil cuti dari kerjanya di metro TV. Dalam kesempatan itu, mbak intan yang alumnus ilmu komunikasi itu mengungkapkan kebosanannya dalam menggeluti dunia pers, apalagi TV sebesar metro tv dengan ratting siaran yang up to date menuntut dia siap sedia dalam 24 jam dalam meliput setiap informasi yang hadir setiap saat. Mungkin orang akan mengira disitulah kepuasannya, namun seiring berjalannya waktu kita akan sadar betapa berat tugas kerja ini mas’ 3 tahun lebih seperti ini mas, ungkapnya kepadaku. Bahkan sesekali sewaktu ngobrol denganku, dia juga harus menangani tugas yang baru dia terima lewat email. Sesekali akupun mencoba bertanya ”sibuk ngapain mbk ya?..”. ya ginilah nerima email dari bos, gak tau libur masih juga ada kerjaan“ ungkapnya.

Terkadang dalam batin aku juga bertanya, apa benar keadaan yang sesungguhnya demikian, dari beberapa rekan yang kini consent di bidang jurnalistik hampir rata-rata mengeluhkan hal yang sama dengan kondisi kerja mereka masing-masing. Atau ini semua hanya bagian dari romantikanya, karena terkadang kita sendiri lebih mudah melihat nikmatnya kerja orang lain dibanding bidang kerja kita sendiri, meskipun yang sesungguhnya tidak demikan. Begitu pula orang lain yang melihat kinerja kita akan merasakan hal yang sebaliknya pula.

Kembali lagi ketika membaca beberapa artikel yang ada, akupun sadar jika kenangan lama tentang semua harapan dan cita-cita itu indah pada masanya. Dan jika kini aku tidak bisa menggapainya pasti Tuhan memang telah memilihkan aku di tempat dan posisi yang tepat saat ini. Terkadang penyesalan saat ini terhadap pilihan kehidupan yang aku jalani terus membayang, namun semua aku serahkan pada penggenggam nafas. Mungkin hanya itu yang bisa mengobati keyakinkanku, terlebih jika kita ingat sendiri tentang Allah yang selalu membuka pintu pengaduan-Nya 24 jam.

Allah bahkan minta kita berdoa, memohon kepada-Nya untuk semua persoalan kehidupan kita. Tapi kita sendiri yang terlalu sibuk dengan ikhtiar duniawi, kita sibuk menuhankan logika kita, menuhankan tetangga, menuhankan atasan, menuhankan pejabat dan presiden yang bahkan untuk dirinya sendiri, mereka tak bisa memberikan jaminan. Tapi jika kita menjauh maka Allah juga menjauh. Aku – kata Allah – adalah seperti persangkaan hamba-Ku. Jadilah hidup kita makin gelap dan susah lantaran menjauhkan diri dari solusi yang sejati” sedikit copaz dr M arief budiman.

Saat ini dan nanti bukanlah saatnya untuk meratapi nasib, namun bagaimana menjadikannya pondasi yang kokoh guna keputusan yang lebih baik kedepan, Saat punya masalah, saat punya keinginan, berdoalah untuk diberikan jalan yang lebih baik, bukan sekedar yang lebih mudah. Berdoa untuk senantiasa bisa istiqomah di jalan yang lurus. Walaupun jalan itu awalnya berat tapi di ujungnya insyaallah akan berlimpah keberkahan.

arya..., april 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar